Oke ini ulasan gue tentang tentang banjir. Ternyata banjir nggak cuma ada di Indonesia doang tapi di negara maju kayak Inggris juga. Cuman ke-dua negara ini punya perbedaan cukup signifikan berdasarkan keberadaan 'bonus' banjirnya alias #sampah #plastik. Oke mari kita lihat, amati, dan perhatikan gambar di bawah ini :
Bisa dilihat gambar bagian atas itu banjir TANPA SAMPAH, ini jelas bukan di Indonesia, kelihatan dari bentuk rumah sama muka orang - orangnya. Air banjir juga nggak coklat-coklat kayak kopi susu. Bandingkan dengan gambar yang bawah. Nah yang di bawah itu gambarnya banjir di Jakarta. Dengan aneh bin ajaib warna air banjirnya coklat-coklat kopi susu ijo lumut. Iuuuhh. Dan tampak pula gundukan sampah tidak senonoh yang berfoto bersama rumah-rumah yang kelelep di situ. Oke ternyata banjir Jakarta tidak hanya kebanjiran air dan lumpur tapi juga dapet 'bonus' SAMPAH PLASTIK sekali lagi SAMPAH PLASTIK.
Yang gue tidak mengerti adalah kenapa bisa ada sampah sambil banjir? Sedangkan yang di Inggris tidak. Gue benar - benar heran. Ini pengaruh jumlah penduduk, jenis bangunan, apa kebiasaan buruk yang turun temurun nggak hilang-hilang kayak warisan budaya? Yah biar gue jawab sendiri, karena ini bukan rahasia lagi kalau penduduk Indonesia memang sukanya buang sampah sembarangan, ehem ralat "Buang Sampah ke Sungai" tepatnya, atau "Buang Sampah ke Selokan" ini nih yang bikin air hujan yang turun melimpah tersumbat nggak bisa lari kemana-mana. Mau ke laut, tapi sungai, selokan, saluran air, gorong-gorong jalan semua tersumbat sampah. Mau diserap masuk ke tanah, tanahnya juga tersumbat sampah-sampah dan bangunan-bangunan padat keseliep. Jadi kalau tiap musim hujan kena banjir siapa yang salah? Pak Jokowi? Kasian beliau, baru beberapa bulan menjabat keriputnya udah nambah banyak. Harusnya yang mengatasi banjir ya masyarakatnya itu sendiri, pemimpinnya tinggal membuat sisitem yang bagus. Misalnya yang buang sampah sembarangan dihukum kitik-kitik sampe mati (?).
Rupanya membuang sampah seenak udel ini sudah menjadi kebiasaan oon yang terus menerus dilakukan. Banjir bandang kayak begimana juga orang tetep aja buang sampah sembarangan. Kagak ada yang nyadar-nyadar kalo Tuhan sayang sama Rakyat Indonesia, saban hari dikasi peringatan, tapi kagak sadar, akalnya pada macet, kebanyakan ngoplosan, pake rok mini, sama jadi brondong tua *ehh itu judul lagu dangdut ya?*
Kalo entar Tuhan bosen jangan-jangan gunung meletus semua,terus tsunami, Astagfirullahadzim.
Kayaknya pengolahan sampah nih penting deh dimasukin di kurikulum anak SD atau PAUD sekalian. Ini udah kritis banget. Kalo keterusan Indonesia bisa tenggelam, ehem khususnya pulau Jawa bagian Pantura, entar salah - salah jadi kampung terapung kayak yang ada di Kalimantan itu. Keren juga sih, pegi sekolah pake perahu karet, mau mandi tinggal nyebur, ternak kerbau di rawa-rawa, saban hari makannya kangkung. Asik kali ya. Kembali ke kurikulum sekolah, gue rasa materi pendidikan pemisahan sampah plastik, organik, jertas, kaleng dan lain sebagainya itu perlu diterapkan. yang organik kudu ditanem biar bisa jadi pupuk, yang kertas palstik sama kaleng kan bisa didaur ulang. Dan selalu tekankan ke anak-anak buang sampah nggak boleh sembarangan apalagi ke selokan, ke sungai, ke pantai, atau mungkin bak mandi (?).
Gue lihat di tv, ya masa' iya abis pengungsi-pengungsi banjir itu buang sampai lagi di tempat pengusian. Sumpah gue pengen heran. BEGO BANGET. kumpulin di karung kek, dipisah kek, dibakar kek, ditelen kek, yah dibersihin sendiri dong! Mana jiwa-jiwa gotong royong yang diumbar-umbar jaman SD itu? Udah mati kah? Gue salut sama bapak-bapak tentara yang bantu di sana, mereka yang malah bersihin daerah pengungsian. MasyaAllah ibu-ibu, bapak-bapak itu Bapak tentara petugas keamanan negara, bukan petugas kebersihan negara. Heran.
Setelah membaca postingan ini mari kita berdo'a mudah-mudahan rakyat Indonesia cepetan sadar pada kebersihan lingkungan (amin). Kebersihan kan sebagian dari iman yak. Oke see you next time trimakasih sudah mampir :)